CALIFORNIA, enterwe123.blogspot.com — Europa, bulan
berlapis es yang mengitari Planet Jupiter, ternyata menyimpan senyawa yang
berpotensi untuk kehidupan. Potensi tersebut terungkap berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Jet Propulsion Laboratory,
NASA, bersama peneliti California Institute of Technology di Pasadena,
California.
Tim peneliti menemukan kandungan hidrogen peroksida dalam
konsentrasi tinggi di sisi Europa yang mengorbit ke Jupiter. Jika hidrogen
peroksida dapat bercampur dengan air di lautan bawah lapisan es Europa, maka
material untuk mendukung kehidupan dapat tercipta.
"Kehidupan, seperti yang kita ketahui, membutuhkan
cairan, elemen-elemen seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur. Perlu
beberapa bentuk energi kimia dan cahaya untuk menjadikannya energi," ujar
Kevin Hand dari Jet Propulsion Laboratory milik NASA, sekaligus ketua tim
peneliti.
"Europa memiliki cairan dan elemen (pendukung
kehidupan). Menurut kami, senyawa seperti peroksida mungkin merupakan bagian
penting dari pembentukan energi. Keberadaan oksidan seperti peroksida di Bumi
adalah bagian penting dalam perkembangan kehidupan yang kompleks, kehidupan
multiseluler," jelas Hand yang dikutip Space.com, Jumat (5/4/2013)
lalu.
Dinyatakan NASA, hidrogen peroksida yang ada di Europa
tercipta akibat paparan radiasi intens terhadap permukaan bulan ketika bergerak
melintasi medan magnet Jupiter yang sangat kuat.
Pada bagian dengan konsentrasi tertinggi, konsentrasi
peroksida sekitar 0,12 persen. Jumlah itu sekitar 20 kali lebih encer daripada
larutan hidrogen peroksida botolan yang biasa dijual di toko obat di Bumi.
Hidrogen peroksida sangat menentukan kemampuan planet
mendukung kehidupan. Hal ini karena ketika bercampur dengan molekul air,
hidrogen peroksida akan melepaskan oksigen. Oksigen merupakan kebutuhan utama
kehidupan yang dikenal manusia di Bumi.
"Di Europa, kelimpahan senyawa seperti peroksida akan
membantu memenuhi kebutuhan energi kimia yang dibutuhkan untuk kehidupan di
dalam lautan, apabila peroksida itu bercampur dengan air di lautan," ujar
Hand.
Studi ini dilakukan dengan menganalisis hasil observasi
Europa pada tahun 2011 dengan teleskop Keck II di Hawaii. Teleskop itu
mengobservasi dengan basis inframerah. Hasil studi ini telah dipublikasikan di Astrophysical
Journal Letters.